LAPORAN BUDIDAYA TANAMAN CABE
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman Cabai (Capsicum
annuum L.) adalah tumbuh-tumbuhan perdu yang berkayu, dan buahnya berasa
pedas yang disebabkan oleh kandungan kapsaisin. Saat ini cabai menjadi salah
satu komoditas sayuran yang banyak di butuhkan masyarakat, baik masyarakat
lokal maupun internasional. Setiap harinya permintaan akan cabai, semakin
bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di berbagai negara.
Budidaya ini menjadi peluang usaha yang masih sangat menjanjikan, bukan hanya untuk
pasar lokal saja namun juga berpeluang untuk memenuhi pasar ekspor (Santika,
2008).
Jenis
cabai juga cukup bervariasi,
beberapa jenis di bedakan berdasarkan
ukuran, bentuk, rasa pedasnya dan warna buahnya. Di Indonesia jenis cabai yang banyak dibudidayakan antara
lain cabai keriting, cabai besar, cabai rawit, dan cabai paprika (Anonim, 2013).
Dalam
budidaya cabai salah satu hal yang
perlu diperhatikan untuk meningkatkan produksi adalah pemilihan jenis
cabai. Cabai keriting mempunyai kelebihan
tahan terhadap kelembapan udara. Cabai keriting memiliki beberapa manfaat selain dijadikan sebagai bahan
penyedap makanan, cabai
keriting juga bisa dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk olahan seperti
saos cabai, sambel cabai, pasta cabai, bubuk cabai, cabai kering, dan bumbu instant. Bahkan produk-produk tersebut sudah berhasil diekspor
ke Singapura, Hongkong, Saudi Arabia, Brunei Darussalam dan India.
Budidaya
Cabai Keriting memberikan keuntungan yang menarik,
tetapi budidaya cabai keriting juga sering menemui kegagalan dan
kerugian besar. Untuk menghindari kegagalan
tersebut, dilakukan aplikasi teknologi yang tepat guna, yaitu Teknologi
Enzymatis. Teknologi Enzymatis merupakan teknologi baru yang
sangat tepat untuk menghadapi permasalahan yang ada pada budidaya cabai (Santika, 2008).
- Tujuan Praktek Kerja Lapangan
1.
Tujuan Umum
a.
Menerapkan teori yang telah didapatkan di akademik
b.
Melatih
mahasiswa
agar mendapatkan ketrampilan dan
pengalaman
dalam kegiatan pertanian
c.
Menambah
pengalaman tentang pembibitan cabai keriting
2. Tujuan
Khusus
a. Mengetahui dan mempelajari
bagaimana kegiatan pembibitan cabai keriting di trubus.
b. Mengetahui lebih jauh dari
proses pembibitan hingga siap tanam.
- Manfaat Praktek Kerja Lapangan
1.
Mendapatkan pengetahuan dari lapangan secara langsung
2.
Mendapatkan pengetahuan tentang pembibitan cabai keriting
3.
Mendapatkan wawasan bagaimana merintis suatu usaha
terutama di bidang
pertanian
4.
Mendapatkan pengetahuan bagaimana memasarkarkan suatu
produk terutama dalam bidang pertanian
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Botani Tanaman Cabai
Cabai merupakan tanaman semusim (annual) yang tumbuhnya tegak dengan
batang berkayu dan bercabang serta
tergolong tumbuhan yang menghasilkan
biji (spermatophyta) dalam dunia
tumbuhan Plantanum. Menurut Rahman
(2010), tanaman cabai dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Sub
Kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan
berpembuluh)
Super
Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan
biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan
berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua)
Sub
Kelas : Asteridae
Ordo :
Solanales
Familia :
Solanaceae
Famili : Solanaceae (Suku
terung-terungan)
Genus :
Capsicum
Spesies :
Capsicum annuum L
Berdasarkan
pertumbuhan akarnya, cabai keriting mempunyai akar tunggang yang kuat dan
membentuk percabangan ke samping yang disebut akar serabut. Akar serabut dapat
menembus tanah sampai kedalaman 50 cm dan perkembangan ke samping selebar 45 cm
(Setiadi, 2006). Hal ini tidak berbeda jauh dengan pendapat Prajnanta (2007)
dalam Arifin (2010), yang menyatakan bahwa perakaran tanaman cabai rawit
tergolong akar tunggang yang terdiri atas akar utama (primer) dan akar lateral
(sekunder). Akar lateral mengeluarkan serabut‐serabut akar (akar
tersier). Panjang akar primer berkisar 35‐50 cm dan akar lateral
menyebar dengan panjang sekitar 35 ‐ 45 cm.
Pertumbuhan
batang utama cabai keriting yaitu tegak lurus dan kokoh mencapai tinggi sekitar
30 ‐
37,5 cm dengan diameter batang antara 1,5 ‐ 3 cm. Batang utama tanaman
cabai keriting berkayu dan berwarna coklat kehijauan serta pembentukan kayu
pada batang utama mulai terjadi mulai umur 30 hari setelah tanam (HST). Pada
setiap ketiak daun akan tumbuh tunas baru yang dimulai pada umur 10 hari
setelah tanam, namun tunas‐tunas ini sebaiknya dihilangkan sampai batang utama
menghasilkan bunga pertama tepat diantara cabang primer. Cabang primer ini yang
terus dipelihara dan tidak dihilangkan sehingga bentuk percabangan dari batang
utama ke cabang primer berbentuk huruf Y
dan cabang primer akan menghasilkan
cabang sekunder (Prajnanta, 2007 dalam Arifin, 2010).
Pertambahan
panjang cabang menurut Prajnanta (2007) dalam Arifin (2010) diakibatkan oleh
pertumbuhan kuncup ketiak daun secara terus‐menerus dan pertumbuhan ini
disebut pertumbuhan simpodial. Dari cabang sekunder akan membentuk
percabangan tersier dan seterusnya. Pada akhirnya terdapat kira‐kira 7 ‐ 15 cabang per tanaman
(tergantung varietas). Jika tanaman masih sehat maka pembungaan pertama dapat
dilanjutkan ke tahap pembungaan kedua, sehingga jumlah cabang mencapai 21 – 23.
Daun
cabai keriting berwarna hijau muda sampai hijau gelap (tergantung varietasnya)
dengan panjang 4 - 10 cm dan lebar 1,5 - 4 cm . Daun ditopang oleh tangkai daun
dan tulang daun berbentuk menyirip. Secara keseluruhan bentuk daun cabai adalah
lonjong dengan ujung daun yang meruncing (Hadiyanto, 2005).
Posisi bunga cabai keriting
biasanya menggantung dengan warna mahkota bunga putih dan memiliki 5 – 6
kelopak bunga dengan panjang bunga 1 – 1,5 cm, lebar 0,5 cm dan panjang
tangkainya 1 - 2 cm. Tangkai putik berwarna putih, panjangnya sekitar 0,5 cm.
Warna kepala putik kuning kehijauan, tangkai sari berwarna putih, tetapi yang
dekat dengan warna kepala sari ada bercak kecoklatan. Panjang tangkai sari 0,5
cm dengan warna kepala sari berwarna biru atau ungu (Hadiyanto, 2005).
Panjang buah cabai keriting dari tangkai
hingga ujung buah mencapai 3,7 – 5,3 cm, dan buahnya
berukuran kecil. Biji cabai keriting yang
masih muda berwarna
kuning, namun setelah tua berubah
warna menjadi coklat. Biji cabai keriting berbentuk pipih dengan diameter ± 4 mm
serta memiliki rasa buah yang
pedas dan dapat mengeluarkan air mata bagi orang yang menciumnya. Cabai
keriting memiliki rasa yang pedas karena mengandung capsicol (Setiadi,
2006).
Tanaman cabai keriting sangat cocok
ditanam pada ketinggian 0 – 500 m dpl dengan suhu antara 190 – 300
C dan curah hujan 1.000 – 3.000 m m/tahun.
Tanaman cabai membutuhkan tanah
yang gembur dan banyak mengandung unsur hara serta dapat tumbuh optimal pada
tanah regosol dan andosol dengan pH tanah antara 6 - 7. Untuk menghindari
genangan air pada lahan, Untuk penanaman cabai keriting lebih baik pada lahan
yang agak miring dengan tingkat kemiringan tidak lebih dari 250.
Lahan yang terlalu miring dapat menyebabkan erosi dan hilangnya pupuk, karena
tercuci oleh air hujan (Rahman, 2010).
B. Varietas
Cabai :
1.
TM-999
Varietas cabai keriting Hibrida ini memiliki pertumbuhan yang sangat
kuat dan kokoh. Jenis ini memiliki keunggulan fisik tahan hama dan buah cabai
yang optimal. Pembungaannya berlangsung terus-menerus sehingga dapat dipanen
dalam jangka waktu yang panjang. Ukuran buahnya 12,5 cm x 0,8 cm dengan berat buah 5-6 gram. Rasanya
sangat pedas, cocok untuk digiling dan dikeringkan. Hasil per tanaman berkisar
0,8-1,2 kg.
2.
TM 888
Varietas hibrida ini memiliki sosok tanaman yang besar dan daun lebih
lebar dari TM 999. Adaptasi yang baik terhadap kondisi lingkungan yang panas,
tahan serangan Phytophthora dan Antraknosa. Panjang buah 13,5 x 1,4 cm dengan berat buah 7-8 gram.
3.
SALERO
Berpenampilan menarik seperti umumnya cabai keriting lokal. Varietas ini
memiliki adaptasi penanaman yang cukup luas dengan produktivitas per hektar cukup
tinggi.
4.
TARO
Varietas Taro mempunyai ukuran buah yang sedikit lebih besar
dibandingkan cabai keriting TM-999. Sosok tanamannya besar dan kekar dengan
ruas percabangan panjang. Tanaman ini mampu berproduksi baik di dataran rendah
sampai menengah ( sampai 1000 m dpl). Hasil per tanaman berkisar 0,75-1,2 kg,
tergantung kondisi terakhir tanaman.
5.
KUNTHI
Mempunyai bentuk buah keriting, kulit kasar, ujung runcing, rasa pedas
dan seragam seperti cabai keriting lokal. Tanaman kokoh dan dapat beradaptasi
di dataran rendaah, sedang sampai tinggi. Masa panennya panjang sehingga
produksi buahnya pun tinggi dengan potensi hasil 20 ton per hektar. Kualitas
buah yang bagus menyebabkan varietas ini di konsumsi segar dalam bentuk cabai hijau maupun merah
dan dapat dikeringkan.
6.
CTH-01
Cabai keriting hibrida ini
mempunyai bentuk buah yang benar-benar keriting. Cabai ini mulai banyak ditanam
petani,
meskipun selama ini pengembangannya masih bertumpu pada daerah dataran rendah,
namun cabai CTH-01 sebenarnya mampu berproduksi dan tumbuh dengan baik di dataran
menengah hingga tinggi. Selain itu tahan terhadap penyakit antraknose buah dan
mudah perawatannya. Cabai ini cocok untuk konsumsi segar maupun dikeringkan,
dengan produksi per hektanya mampu mencapai lebih dari 20 ton.
7.
HOT BEAUTY
Varietas cabai besar ini sering disebut dengan cabai TW. Buahnya
mempunyai ukuran 13 x 1,4 cm dengan
bobot 7,5 gram per
buah. Rasa kurang pedas
dan
warna merah menggiurkan. Bentuk buah besar dan daging buah yang tipis. Tetap
segar selama satu minggu sejak petik. Masa panen lebih panjang dan dapat
ditanam di dataran rendah atau tinggi.
8.
LONG CHILI
Ukuran buah lebih besar dari hot beauty dan hero. Buah berukuran 18 x 2
cm dan bobot 18 gram per buah. Warna buah merah menyala saat masak. Bentuk buah
ramping, kulit mulus dan berdaging tebal. Mampu berproduksi 2 kg per tanaman.
Hanya mampu berproduksi di dataran tinggi 800-1500 m dpl.
9.
HERO
Varietas ini berukuran 15 x 1.8 cm dan bobot rata-rata 16 gram per buah. Mampu
berpraduksi 1,9-2,1 kg
pertanaman. Cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 400-800 m dpl, tapi bisa
juga beradaptasi di dataran rendah
50-200 m dpl. Peka terhadap antraknosa,
sehingga lebih baik ditanam pada musim kemarau.
10. PRABU
Varietas ini sangat
cocok
dikembangkan di dataran rendah sampai menengah (0-800 m dpl). Penampakan tanaman kokoh
dengan percabangan banyak serta bertajuk lebat dan kompak. Varietas ini
mempunyai kemurnian genetis tinggi sehingga dalam satu hamparan pertanaman
tampak seragam. Tahan terhadap serangan hama trips dan penyakit Antraksnosa. Buahnya silindris lurus, ujung runcing, padat,
daging tebal, rasa pedas dan warnanya merah tua mengkilap pada saat masak.
Panen perdana berlangsung sekitar 70-75 HST (hari setelah tanam) dengan hasil
1.0-1.5
Kg/tanaman atau sekitar 18-27 ton/ha. Buahnya tahan terhadap pengangkutan jarak
jauh.
11. MARATON
Varietas
Maraton cocok di
tanam di dataran rendah sampai menengah. Penampakan fisik tegak dan kokoh serta
memiliki tajuk yang lebih lebat dan kompak. Varietas ini mempunyai kemurnian
genetik tinggi, tahan terhadap seranaan penyakit layu Pseudomonas, Antraksnosa, dan bercak daun bakteri. Sangat cocok ditanam pada
akhir musim kemarau atau musim hujan. Berat rata-rata per buah mencapai 12,5-14,3 gram. Panen
perdana berlangsung sekitar 70-75 HST dengan hasil 1,0-1,5 Kg/tanaman atau sekitar
18-27 ton/ha. Buahnya tahan dalam penyimpanan dan transportasi jarak jauh.
12. ARIMBI-513.
Memiliki penampilan yang kokoh serta cabang yang kekar dan lebar.
Varietas ini relatif tahan terhadap serangan hama dan penyakit, terutama layu
bakteri. Buahnya besar, halus ujung lancip, panjang 13 cm, diameter 2 cm, warna
merah, kompak dan sangat berkualitas. Produksi buah berlangsung terus-menerus
dan mulai dapat dipanen pada umur 80 HST. Rata-rata produksi 1,25-1,5 kg/tanaman
atau 22,5-27,0 ton
dengan populasi 18.000 tanaman per hektar. Buahnya tahan pengangkutan jarak
jauh dan dapat dipasarkan lokal maupun ekspor.
13. CAKRA PUTIH
Varietas cabai rawit ini berwarna
putih kekuningan yang berubah merah cerah saat masak. Pertumbuhan tanaman sangat
kuat dengan membentuk banyak percabangan. Posisi buah tegak ke atas dengan
bentuk agak pipih dan rasa sangat pedas. Mampu menghasilkan buah 12 ton per
hektarnya dengan rata-rata 300 buah pertanaman, di panen pada umur 85-90 HST.
Cakra putih ini tahan terhadap serangan penyakit Antraksnosa.
14. CAKRA HIJAU
Varietas cabai rawit ini mampu
beradaptasi dengan baik di dataran rendah maupun tinggi. Saat tanaman muda
buahnya berwarna hijau dan setelah masak berubah merah. Potensi hasilnya 600 gram per
tanaman atau 12 ton per hektar. Rasanya pedas, tahan terhadap serangan hama dan
penyakit yang biasa menyerang cabai. Masa panen yang lebih singkat
sekitar 80-85 hari.
C. Teknik Pembibitan Cabai Keriting
Cabai keriting
adalah
tumbuhan dari anggota genus Capsicum. Selain di Indonesia tanaman ini juga
tumbuh dan popular
sebagai bumbu masakan di Negara-negara asia tenggara lainnya. Bertanam
cabai keriting dapat
memberikan nilai ekonomi yang sangat tinggi
apabila diusahakan dengan sungguh-sungguh, satu hektar tanaman cabai keriting dapat menghasilkan
8 ton buah cabai keriting
(Nungardani,
2010).
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan kegiatan pembibitan
bibit cabai keriting:
1.
Persiapan lahan tanaman cabai kriting (Capsicum annuum L.)
a.
Sanitasi
Sanitasi
merupakan langkah awal mengolah lahan pertanaman yaitu membersihkan segala macam
tanaman yang tumbuh di
areal yang
akan di tanami, sanitasi tanah dapat leluasa mendapatkan sinar matahari
langsung sehingga dapat terbebas dari gangguan hama dan penyakit.
b.
Pembuatan
Bedengan
Bedengan
dibuat setelah tanah dicangkul dan diberi pupuk dasar yaitu pupuk kandang 5
ton/0,5 ha. Apabila tanah untuk pertanaman cabai kriting mempunyai derajat
keasaman (pH) rendah maka tanah perlu diberikan kapur pertanian. Panjang
bedengan sekitar 5-15 cm tergantung keadaan lahan. Tinggi bedengan sekitar
20-30 cm, jarak antar bedengan sekitar 40-50 cm tergantung pada lahan. Jarak tanam
pada tanaman cabai keriting adalah 40×60 cm lubang tanam dibuat dengan
cara ditugal. Bedengan bisa menggunakan mulsa atau pun tidak tergantung dari
kebutuhan, Untuk bedengan bisa menggunakan mulsa Plastik Hitam Perak, kertas
aluminium, daun, bambu, jerami, daun kelapa.
2.
Pemilihan benih
Pemilihan
benih merupakan langkah awal yang sangat penting. Pemilihan benih yang tidak
baik, hasilnya juga tidak baik juga. Bibit atau benih cabai harus sudah tersedia
terlebih dahulu sebelum mulai mengerjakan lahan. Benih cabai dapat diperoleh
dari toko pertanian setempat baik berupa varietas lokal atau varietas impor. Bibit cabai juga dapat diperoleh dengan cara
mengambil biji dari cabai itu sendiri. Biji cabai tersebut di
letakkan pada sebuah polybag yg sudah diisi campuran tanah dan pupuk kandang
(satu polybag berisi satu biji cabai). Setelah sekitar 20-30 hari, bibit
cabai akan muncul dan siap dipindahkan ke bedengan yg sudah disiapkan
sebelumnya.
3.
Persemaian benih
Ukuran bedeng
persemaian yang ideal adalah panjang 100 – 125 cm dan lebar 50 - 75 cm. Bedeng
persemaian sebaiknya di buat di tempat yang teduh dan terlindung dari terik
matahari. Jika sulit untuk mendapatkan tempat berlindung, bedengan dapat ditempatkan
di tempat terbuka, tetapi diberi naungan. Naungan dibuat dengan posisi miring,
salah satu sisinya lebih tinggi dari pada sisi lain. Sisi yang lebih tinggi
menghadap ke sebelah timur. Setelah bedengan siap, benih dapat ditaburkan di atasnya,
diatur dengan jarak 7 – 10 cm. Bertujuan untuk pengambilan tanah pada pangkal
bibit saat dipindahkan ke polybag akan lebih mudah.
Media tanam yang digunakan untuk
media persemaian adalah tanah yang subur dan mengandung banyak humus. Sebelum
dibentuk bedengan tanah digemburkan agar bibit dapat tumbuh dengan leluasa.
Jika di sekeliling tempat persemaian tidak di peroleh tanah yang subur, dapat
dilakukan dengan pemberian pupuk kandang.
Pupuk organik yang digunakan berupa
kotoran sapi yang sudah steril dan tersedia unsur hara yang cukup. Komposisi pupuk organik ini
harus merata pada tanah bagian atas. Luas bedengan yang di gunakan adalah 100 cm x 50
cm maka pupuk organik yang di
campurkan sebanyak 2-3 kg pupuk. Persemaian
benih bisa
dilakukan dengan polybag,
disamping itu bisa dilakukan pada bedengan. Dibandingkan dengan bedengan dari
lahan, keuntungan menggunakan polybag adalah saat pemindahan bibit cabai ke polybag
besar dapat di lakukuan sesuai dengan keinginan, disamping itu kemungkinan matinya bibit setelah dipindahkan relatif kecil (Anonim, 2013).
4. Pengendalian Hama dan
Penyakit
Menurut
Harpenas (2010) dalam Nurfalach (2010), salah satu faktor yang menghambat
peningkatan produksi cabai adalah adanya serangan hama dan penyakit yang fatal.
Kehilangan hasil produksi cabai karena serangan penyakit busuk buah (Colletotrichum
sp), bercak daun (Cercospora sp) dan cendawan tepung (Oidium sp)
berkisar 5% - 30%. Strategi pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai
dianjurkan dengan pengendalian secara terpadu.
Berikut
ini merupakan hama dan penyakit yang sering menyerang pada tanaman cabai, yaitu
:
a.
Hama
Beberapa
hama yang sering menyerang dan mengakibatkan kerugian yang besar pada produksi
cabai sebagai berikut:
1)
Ulat
Grayak (Spodoptera litura)
Hama
ulat grayak merusak pada musim kemarau dengan cara memakan daun mulai dari
bagian tepi hingga bagian atas maupun bagian bawah daun cabai. Serangan ini
menyebabkan daun-daun berlubang secara tidak beraturan atau hanya menyisakan
tulang daun saja, sehingga proses fotosintesis terhambat dan produksi buah
cabai turun.
2)
Kutu
Daun (Myzus persicae Sulz)
Hama
kutu Myzus persicae menyerang tanaman cabai dengan cara menghisap cairan
daun, pucuk, tangkai bunga, dan bagian tanaman lainnya. Serangan berat
menyebabkan daun-daun melengkung, keriting, belang-belang kekuningan (klorosis)
dan akhirnya rontok, sehingga produksi cabai akan menurun.
3)
Lalat
Buah (Bactrocera dorsalis)
Lalat
buah menyerang buah cabai dengan cara meletakkan telurnya didalam buah cabai.
Telur tersebut akan menetas menjadi ulat (larva) dan stadia ini yang merusak
buah cabai.
4)
Thrips
(Thrips sp)
Hama
thrips menyerang hebat pada musim kemarau dengan memperlihatkan gejala serangan
berbentuk strip-strip pada daun dan berwarna keperakan. Serangan yang berat
dapat mengakibatkan matinya daun (kering). Thrips dapat juga berperan sebagai
penular (vektor) penyakit virus.
b.
Penyakit
Selain
hama, musuh tanaman cabai adalah penyakit yang umumnya disebabkan oleh jamur
/cendawan dan bakteri. Berikut ini merupakan penyakit yang sering menyerang
tanaman cabai, yaitu:
1)
Bercak
Daun (Cercospora capsici heald et walf)
Penyakit ini berkembang pada musim
hujan yang disebabkan oleh cendawan Colletotrichum
capsici dan Gloeosporium piperatum.
Colletotrichum capsisi membentuk
bercak coklat kehitaman yang kemudian menjadi busuk lunak. Serangan bisa menyebabkan buah mengering dan keriput.
Sementara Gleosporium piperatum
menyerang buah muda dan menyebabkan busuk pada bagian ujung buah. Pengendalian
penyakit ini dengan cara rotasi tanaman dan menggunakan fungisida victory 80 wp (Soedarya, 2009).
2)
Busuk
Phytophthora (Phytophthora capsici Leonian)
Busuk
daun phytoptora disebabkan oleh Phytoptora capsici Leonian yang
menyerang batang tanaman, sehingga akan menyebabkan busuk batang dengan warna
cokelat hitam. Penyakit ini dapat dikendalikan secara manual dengan sanitasi
lingkungan dan penggunaan fungisida (Hewindati ,2006 dalam Nurfalach, 2010).
3)
Antraknosa/Patek
Penyebab
penyakit Antraknosa dapat terbawa dalam benih cabai. Gejala serangan berupa
bercak hitam yang dapat meluas dan menyebabkan kebusukan pada buah cabai.
Penyakit ini umumnya dikendalikan dengan menanam benih bebas patogen, membuang
buah cabai yang terkena serangan atau dengan pemberian fungisida (Derasol 60 WP
dicampur dengan Dithane M-45) (Hewindati ,2006 dalam Nurfalach, 2010).
4)
Layu
Bakteri (Pseudomonas solanacearum (E.F) Sm)
Bakteri
penyebab penyakit layu bakteri biasanya hidup di dalam jaringan batang,
sehingga menyebabkan pemucatan tulang daun sebelah atas dan menyebabkan tangkai
menunduk. Layu bakteri umumnya dikendalikan dengan mengkondisikan bedengan
selalu kering atau pencelupan bibit ke larutan bakterisida, misal Agrymicin 1,2
gram/liter (Hewindati ,2006 dalam Nurfalach, 2010).
5)
Layu
Fusarium (Fusarium oxysporium F. sp.)
Penyakit ini biasanya menyerang
tanaman cabai yang ditanam pada tanah dengan pH rendah atau masam akibat dari
gangguan spora cendawan. Gejala penyakit ini ditandai dengan pucatnya bagian
tulang daun di sebelah atas kemudian diikuti tangkai menunduk. Apabila batas
antara akar dan batang dipotong atau dikelupas terlihat cincin berwarna coklat
kehitaman serta berkas pembuluh menjadi busuk dan basah. Pengendalian penyaki
ini dengan cara pengapuran pada lahan sebelum penamaman untuk menaikkan pH yang diperlukan (Soedarya, 2009).
BAB
III
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
A. Tempat Praktek Kerja Lapangan
Praktek kerja lapangan dilakukan di TRUBUS Jl. Kebon Agung Km.9 Bedingin,
Sumberadi, Mlati, Sleman.
B. Waktu Praktek Kerja Lapangan
Praktek kerja lapangan akan di laksanakan pada tannggal 01 Juli sampai dengan 30 Juli 2013.
C. Metode Praktek Kerja Lapangan
1.
Studi Pustaka
Pengumpulan
data-data yang menunjang dalam penyajian laporan hasil Praktek
Kerja Lapangan
dan sebagai dasar untuk menganalisis permasalahan di lapangan.
2.
Observasi
Yaitu
kegiatan yang dilakukan di lapangan dengan cara mengamati dan meneliti secara
langsung bahan, alat, serta cara kerja
atau sistem yang diterapkan di Trubus.
3.
Wawancara
Melakukan interaksi kepada nara sumber untuk mendapatkan informasi lebih
jelas yang mungkin tidak ada dalam studi pustaka.
4.
Praktek Langsung
Melakukan kegiatan yang telah dipelajari secara teori dan menerapkan
secara langsung.
5.
Pencatatan
Setelah semua tahap–tahap
dilakukan pencatatan dan menyelesaikan laporan.
D.
Hasil Kegiatan
1.
Persemaian
cabai keriting.
a. Persiapan persemaian cabai
keriting.
1) Arah persemaian menghadap
ke timur dengan naungan atap plastik atau rumbia.
2) Media tumbuh dari campuran
tanah dan pupuk kandang atau kompos yang telah disaring dengan perbandingan
3:1.
3) Media dimasukkan ke polibag
bibit ukuran 4x6 cm.
4) Menggunakan benih yang
bersertivikat.
b. Penyemaian cabai keriting.
1) Biji cabai diletakkan satu
persatu di setiap polybag.
2) Lalu ditutup dengan selapis
tanah yang sudah tercampur dengan pupuk kandang.
3) Penyiraman dilakukan setiap
hari pada pagi atau sore hari untuk menjaga kelembaban.
4) Bagian atas polybag ditutup
dengan plastik untuk menjaga kelembaban, mengurangi intensitas cahaya yang
masuk dan untuk menghindari ke hujanan.
c. Perkecambahan dan
pensortiran cabai keriting.
1) Setelah cabai berumur mulai
3 samapi 6 hari benih cabai mulai berkecambah.
2) Ketika benih cabai mulai
berdaun, buka plastik yang untuk menutupi polybag.
3) Setelah cabai berumur 6
hari mulai pensortiran.
4) Memisahkan bibit cabai yang
sudah berkecambah dengan memisahkan bibit yang belum berkecambah dan yang
terserang hama dan penyakit.
5) Penyortiran dilakukan 2
hari sekali sampai bibit cabai berumur 21 hari.
6) Setalah berumur 21 hari
sudah dapat dipindah tanam.
2. Hama dan Penyakit cabai
keriting selama persemaian.
a. Penyakit
1. Rebah kecambah ( Dumping off ).
a) Gejala :
1) Tanaman mati karena batang
busuk.
2)
Gejala dapat bermacam-macam tergantung dari umur dan
stadia perkembangan semai jeruk.
3)
Benih menjadi busuk sebelum berkecambah atau sebelum
muncul dipermukaan tanah.
4)
Benih yang terinfeksi ini menyebabkan kualitas benih
buruk (daya kecambah rendah). Busuk pangkal
5)
Busuk pangkal batang pada perkembangan semai benih
terutama pada bagian yang dekat dengan tanah.
6)
Rhizoctonia
solani menyebabkan pembusukan semai yang dekat dengan
permukaan tanah bagian busuk berwarna coklat. Serangan Pythium sp. selalu dimulai dari ujung akar (akar pokok dan atau
akar lateral). Serangan selalu dimulai dari bagian tanaman di dalam tanah. Pythium sp. menyebabkan tanaman menjadi
layu dan kulit akar busuk basah. Disamping itu, daun atau tunas-tunas dapat
terjangkit dengan gejala busuk coklat.
b) Cara pengendalian :
1) Tanaman yang terserang
dibuang bersamaan dengan tanahnya.
2) Mengatur kelembaban dengan
mengurangi naungan dan penyiraman yang berlebihan.
3) Jika serangan tinggi siram
GLIO 1 sendok makan (± 10 gr) per 10 liter air.
4)
Sterillisasi
biji benih dengan air panas 52oC selama 10 menit atau perendaman
menggunakan Benomyl 2,5% selama 10 menit.
5) Fumigasi
dengan Methyl bromide, Metan sodium.
6) Penyiraman
menggunakan air yang tidak tercemar.
2. Kresek Daun / Embun Bulu
a) Gejala :
Pada
tanaman yang terserang, akan tampak jamur berbulu halus (Plasmopara
viticola), muncul sebagai bercak putih kuning pada permukaan atas
daun yang lebih tua. Pada permukaan bawah, daun ditutupi dengan putih
keabu-abuan, seperti kapas. Akan nampak
jelas terlihat setelah hujan atau terkena air dan seperti hilang segera setelah
cuaca panas. Jika penyakit terus berlangsung, daun berubah coklat dan renyah,
kemudian rontok (meskipun tanaman memiliki cukup air).
b) Cara pengendalian :
Cara
terbaik untuk mencegah penyakit bulai atau embun bulu adalah dengan menghindari
kondisi lingkungan yang mendukung tumbuh suburnya penyakit tersebut. Karena sifat cendawan umumnya menyukai
kondisi lembab, maka usaha yang logis untuk menekannya adalah dengan
menciptakan lingkungan yang tidak lembap di lahan kita sebisa mungkin, di
samping melakukan terapi melalui produk fungisida.
1) Bagian-bagian tanaman yang
terlalu rimbun dipangkas, rumput/gulma di lahan dibuang. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan sirkulasi udara sehingga lahan tidak terlalu lembab.
2) Penyiraman dilakukan di
pagi hari sehingga bisa cepat mengering di siang hari. Penyiram pada waktu sore atau malam hari akan
menciptakan lingkungan yang basah dan lembab.
Penyiraman sebaiknya secukupnya saja (kapasitas lapang), tidak sampai berlebihan.
3) Penyemprotan sebaiknya
tidak dilakukan di malam hari akan menciptakan lingkungan yang lembab dan daun
basah sepanjang malam.
4) Daun atau bagian tanaman
bagian bawah tidak menyentuh tanah sehingga tidak mudah terinfeksi.
5) Jika memungkinkan tanaman
yang terinfeksi serius dibuang dan dibakar, untuk mencegah penularan.
6) Membuka pintu dan ventilasi,
ketika kondisi memungkinkan sehingga mendorong
pergerakan udara.
7) Untuk menghindari infeksi
dari spora yang dorman di dalam tanah, dapat dilakukan dengan cara rotasi
tanaman.
8) menggunakan benih atau
varietas unggul dan bersertifikat yang lebih tahan hama dan penyakit.
3. Kelompok Virus
a) Gejala :
Pertumbuhan bibit terhambat
dan warna daun pucat. Gejala yang lebih jelas setelah tanaman berumur lebih
dari 2 minggu.
b) Cara pengendalian
Bibit yang terserang
dicabut dan dibakar, semprot vektor virus dengan BVR atau PESTONA.
b. Hama
1. Thrips (Trips parvispinus)
a)
Gejala
Hama trips menghisap cairan permukaan bawah daun dan
bunga. Tanaman cabai yang diserang trips ditandai oleh adanya bercak-bercak
putih dan daun menjadi kriput. Pada serangan berat, daun pucuk dan tunas
menggulung ke dalam, timbul benjolan seperti tumor, pertumbuhan tanaman terhambat
kerdil dan bahkan pucuk mati. Hama trips dapat juga bertindak sebagai vektor
penyakit virus mosaik dan virus keriting.
b)
Cara Pengendalian :
1)
Pengendalian dengan cara Kultur Teknis
a.
Penggunaan mulsa plastik yang dikombinasikan dengan
tanaman perangkap caisin dapat menunda serangan yang biasanya terjadi pada umur
14 hari setelah tanam menjadi 41 hari setelah tanam.
b.
Membakar sisa jerami/mulsa yang dipakai setelah
pertanaman.
c.
Sanitasi dan pemusnahan bagian tanaman yang diserang.
2)
Pengendalian Fisik Mekanis
a.
Persemaian cabai dikurung dengan menggunakan kain kasa
untuk menekan serangan hama trips.
b.
Penggunaan perangkap Likat warna biru, putih atau
kuning, sebanyak 40 buah perhektar atau 2 buah per 500m2 dipasang
ditengah pertanaman sejak berumur 2 minggu. Setiap minggu perangkap diolesi
oleh oli atau perekat. Perangkap likat dipasang dengan ketinggian lebih kurang 50 cm (sedikit diatas
tajuk tanaman).
3)
Pengendalian secara Hayati
Pemanfaatan
musuh alami (predator) kumbang Coccinellidae
coccinella repanda, Amblysius cucumeris, Oryus minutes, Arachnidea, dan
patogen Entomophtora sp.
4)
Pengendalian secara kimiawi
Jika dengan cara lain tidak dapat menekan populasi
hama Trips, pengendalian dapat menggunakan pestisida yang efektif, terdaftar, dan
diizinkan oleh mentri Pertanian, misal bahan aktif imidakloprid Dagger 200L,
Deltametrin Decis 2,5 EC, dsb.
2.
Kutu Daun Persik (Myzus
persicae Suiz)
a)
Gejala :
1)
Kutu daun persik umumnya berwarna kuning kehijauan dan
hidup bergerombol di belakang daun dekat tulang-tulang daun.
2)
Kutu ini mengisap cairan daun secara langsung,
sehingga daun mengeriput, pertumbuhan jaringan daun terhambat kemudian layu dan
mati.
3)
Kutu ini merupakan serangga vektor bagi berkembangnya
penyakit virus seperti Potato Leaf Roll
Virus dan Potato Virus Y pada
tanaman cabai sehingga tanaman menjadi kerdil dan gagal membentuk buah.
4)
Serangan berat dari kutu dapat menyebabkan gagal
panen.
5)
Hama cabai ini berkembang pada musim kemarau.
b)
Cara pengendalian
:
1)
Pengendalian dengan cara menanam tanaman perangkap
(trap crop) di sekeliling kebun cabai seperti jagung.
2)
Pengendalian dengan kimia seperti Curacron 500 EC,
Pegasus 500 SC, Decis 2,5 EC, Hostation 40 EC, Orthene 75 SP.
3)
Cara mekanik yaitu dengan memijit dengan menggunakan jari
ke koloni kutu yang ditemukan.
3.
Tungau (Polyphagotarsonemus
latus Bank dan Tetranyhus innabarinus Boisd)
a)
Gejala :
Gejala serangan tungau ini adalah adanya warna cokelat
mengkilap di bagian bawah daun. Pada daun bagian atasnya ada dijumpai bercak
kuning. Hama ini menyerang daun yang mengakibatkan daun menjadi kaku dan
melengkung ke bawah. Pucuk daun seperti terbakar, tepi daun keriting. Kutu ini
juga menyerang bunga, pentil dan buah. Tungau berukuran sangat kecil dan
bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag). Serangan yang berat terutama
pada musim kemarau, menyebabkan cabai tumbuh tidak normal dan daun-daunnya
keriting.
b)
Cara pengendalian :
1)
Pengendalian dapat dilakukan dengan insektisida
seperti Omite 57 EC, Apollo 500 SC, Mitisun 570 EC, Merothion 500 EC, Sterk 150
EC, Mitac 200 EC, Curacron 500 EC, Agrimec 18 EC, Pegasus 500 EC.
2)
Hama
ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan daun – daun yang terserang hama pada
suatu tempat dan dibakar.
E. Pembahasan
Setelah melakukan PKL
di Trubus dapat diketahui perbedaan dan persamaan cara budidaya yang terdapat
dalam pustaka dengan yang di terapkan di tempat praktek. Pada pembahasan ini
yang akan dibahas berupa perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam pustaka dengan
yang dilakukan di tempat PKL.
Penggunaan bibit atau
benih yang tidak baik, hasilnya juga tidak baik. Benih cabai yang berkualitas
baik dan bersertifikat menentukan hasil yang akan didapat. Benih dapat
diperoleh dari toko pertanian setempat baik berupa varietas lokal atau varietas
impor. Bibit cabai juga dapat diperoleh dengan cara mengambil biji cabai itu
sendiri. Selain pemilihan benih, faktor yang terpenting adalah pengolahan tanah
dan pencampuran pupuk kandang dengan tanah untuk penyemaian benih atau bibit, pencampuran
tanah dengan pupuk kandang dengan perbandingan 3:1. Pengolahan tanah dengan cara
penyaringan dan memisahkan kotoran dengan tanah. Menggunaan pupuk kandang yang
sudah matang, bila menggunakan pupuk kandang yang belum matang akan mempunyai
resiko terhadap pertumbuhan dan perkembangan benih atau bibit tersebut.
Pembuatan lubang
tanam pada polybag sedalam 1 - 1,5cm, apabila terlalu dalam membuat lubang
tanam, biji cabai akan lama berkecambahnya dan bisa mengakibatkan biji cabai
tidak berkecambah. Apabila pembuatan lubang tanam terlalu pendek, pada saat
penyiraman biji cabai akan terangkat keluar dari tanah.
Meletakkan biji cabai
kedalam lubang tanam 1 biji cabai 1 lubang dan menutupnya dengan ditaburi tanah
dan tidak perlu ditekan atau dipadatkan, karena bisa menyebabkan biji cabai
tersebut kesulitan untuk berkecambah dan bisa mengakibatkan biji cabai tersebut
patah sebelum berkecambah.
Setelah penyemaian
biji cabai selesai, polybag dipindahkan ketempat yang ternaungi dan bagian atas
pada polibag ditutup oleh plastik, bertujuan untuk mengurangi penguapan atau
menjaga kelembaban tanah. Setelah umur 3 sampai 6 hari cabai sudah mulai
berkecambah, dan tutup plastik yang untuk menutupi polybag dilepas. Setelah
bibit atau benih berumur 6 hari mulai penyortiran, memisahkan benih cabai yang
sudah berkecambah dengan yang belum berkecambah. Penyortiran dilakukan mulai
pada hari ke 3, dan setiap hari
dilakukan penyortiran sampai benih berumur 21 hari. Umur 21
hari sudah dapat di pindah tanam.
Pada saat
terjadi serangan hama dan penyakit umumnya yang menyerang tidak hanya satu
macam, bisa dua atau tiga macam hama dan penyakit yang menyerang tanaman secara
bersamaan. Pengendalian yang dilakukan di tempat praktek dengan menggunakan
beberapa macam pestisida dengan tujuan agar dapat menghemat waktu, tenaga serta
dalam satu kali kerja dapat mengendalikan berbagai hama dan penyakit yang
menyerang secara bersamaan. Metode ini memiliki beberapa pertimbangan yang
harus diperhatikan, karena tidak semua jenis pestisida yang dicampurkan akan
saling bersinergi. Apabila kandungan bahan aktif dalam pestisida saling
bersinergi akan meningkatkan efektifitas dalam mengendalikan berbagai hama dan
penyakit dalam sekali kerja yang berarti menguntungkan. Akan tetapi jika bahan
aktif yang ada di dalam pestisida bersifat antagonis menyebabkan tidak berfungsinya
pestisida yang digunakan, sehingga tidak efektif dalam mengendalikan hama dan
penyakit serta meningkatkan biaya produksi.
BAB IV
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Dari
hasil PKL yang telah dilakukan, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
1.
kegiatan persemaian bibit atau benih cabai keriting meliputi pengolahan
tanah, pencampuran tanah dengan pupuk kandang, persiapan benih, pembuatan
lubang tanam pada polybag 1-1,5cm. Untuk menjaga pertumbuhan dilakukan
perawatan yang meliputi: pengairan, penyortiran, serta pengendalian hama dan
penyakit.
2.
Pengendalian hama dan penyakit menggunakan pestisida dan bila serangan
parah dengan cara pemusnahan bibit atau benih.
3.
Perbedaan antara teori dengan praktek terdapat pada cara pembenihan yang
meliputi pengadaan benih, pembuatan media tanam, penanaman bibit secara
langsung tanpa ditutupi plastik saat proses perkecambahan.
4.
Faktor pendukung dari kegiatan praktek di lahan yaitu ketersediaan air
untuk penyiraman, iklim, tenaga kerja dan modal yang digunakan sebagai sarana
produksi terpenuhi.
5.
Musim sangat berpengaruh pada pertumbuhan serta ikut berperan penting
terhadap serangan hama dan penyakit pada tanaman cabai.
B. Saran
Berdasarkan
pengamatan selama praktek lapang, maka penulis menyarankan, sebaiknya penggunaan
pestisida kimiawi harus diperhatikan dengan baik karena penggunaan pestisida
kimiawi menyebabkan kesuburan tanah berkurang/tandus, berbagai organisme penyubur
tanah musnah, tanah mengandung residu/endapan pestisida, keseimbangan ekosistem
rusak, hasil pertanian mengandung residu pestisida, dan hama-hama akan resisten terhadap pestida.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, 2013,
pendahuluan jurnal cabai, himagroubb.files.wordpress.com/.../pendahuluan-jurnd di akses kamis 6 juni 2013
Adhi Santika, 2008. Agribisnis Cabai. Jakarta: Penebar Swadaya.
Anonim, 2013. Aplikasi Perlakuan
Permukaan Tanah dan Jenis Bahan Organic Terhadap Indeks Pertumbuhan Tanaman
Cabai Keriting, http://jurnalfloratek.wordpress.com/tag/cabe-keriting/
di akses 6-6-13APLi di akses kamis 10 juni 2013
Anonim, 2009, Pembibitan Cabai Keriting, http://dilawimode.wordpress.com/2009/02/19/pembibitan-cabai-keriting/ di akses
kamis 10 juni 2013
Cahyono, B.
2003. Teknik Budidaya dan Analisis Usahatani
Cabai Keriting. Kanisius :
Yogyakarta.
Hadiyanto, I. 2005. Bertanam cabai.
PT Musi perkasa utama: Jakarta.
Nurfalach, D. 2010. Budidaya Tanaman Cabai Keriting (Capsicum
annum L.). http://eprints.uns.ac.id/8836/1/156592308201001241.pdf. Diakses pada tanggal 6 Desember 2013.
Prajnanta. F, 2008. Agribisnis
Cabai Hibrida. Penebar Swadaya : Jakarta.
Rahman, S. 2010. Meraup Untung Bertanam Cabai Rawit dengan
Polybag. Lily Publisher : Yogyakarta.
Rukmana, R, 2002. Usaha Tani Cabai Keriting.
Kanisius : Yogyakarta.
Rambe, Y. 2013. Teknik Budidaya Cabe. http://yunusray.blogspot.com/2013/2/teknik-budidaya-cabe.html.
Diakses pada tanggal 19 desember 2013.
Setiadi, 2006. Jenis dan
Budidaya Cabai Keriting. Penebar Swadaya : Jakarta.
Soedarya, A. 2009. Agribisnis Cabai. CV. Pustaka Grafika,
Bandung.
Tjahjadi,
N. 1991. Bertanam Cabai. Penerbit
Kanisius : Yogyakarta.
bagus ijin copas ya ,,,sebelumnya trimakasih
ReplyDeletebagus ijin copas ya ,,,sebelumnya trimakasih
ReplyDeleteAYO SEMUA BERMAIN DI TOGEL PELANGI JANGAN LEWATKAN PROMO MENARIK DARI KAMI
ReplyDeleteHUBUNGI KONTAK Kami
BBM : D8E23B5C
WHAT APPS : +85581569708
LINE : togelpelangi
WE CHAT : togelpelangi
LIVE CHAT 24 JAM : WWW-ANGKAPELANGI-NET
Ayo coba keberuntungan anda
jutaan rupiah menunggu anda
Bandar CAPSA SUSUN Online Terpercaya ya di Ligapoker
ReplyDelete#ligapoker #lgpkr #180.215.12.116 #lpkiukiu #ligapkr #taingqq
link : http://180.215.12.116
Saya akan sangat mengesyorkan perkhidmatan pembiayaan meridian Le_ kepada sesiapa yang memerlukan bantuan kewangan dan mereka akan membuat anda berada di atas direktori tinggi untuk sebarang keperluan selanjutnya. Sekali lagi saya memuji diri anda dan kakitangan anda untuk perkhidmatan dan perkhidmatan pelanggan yang luar biasa, kerana ini merupakan aset yang hebat untuk syarikat anda dan pengalaman yang menyenangkan kepada pelanggan seperti saya sendiri. Mengharapkan anda semua yang terbaik untuk masa depan. Perkhidmatan pembiayaan meridian adalah cara terbaik untuk mendapatkan pinjaman mudah, di sini ada email..lfdsloans@lemeridianfds.com Atau bercakap dengan Encik Benjamin Pada WhatsApp Via_ 1-989-394-3740 Terima Kasih untuk membantu saya dengan pinjaman sekali lagi dengan sepenuh hati saya bersyukur selama-lamanya.
ReplyDeletehttps://marketpetani.blogspot.com/2021/03/harga-produk-benih-bintang-asia-yang.html
ReplyDeleteI really appreciate your support on this.
ReplyDeleteLook forward to hearing from you soon.
I’m happy to answer your questions, if you have any.
คาสิโน
แจกเครดิตฟรี ฝากถอนง่าย
เครดิตฟรี
Many thanks for your kind invitation. I’ll join you.
ReplyDeleteWould you like to play cards?
Come to the party with me, please.
See you soon...
คาสิโน
แจกเครดิตฟรี ฝากถอนง่าย
คาสิโนออนไลน์
เล่นบาคาร่า